BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Setiap tingkah laku individu satu
dengan individu lain pasti berbeda. Individu bertingkah laku karena ada
dorongan untuk memenuhi kepentingannya. Tapi apabila gagal dalam memenuhi
kepentingannya akan banyak menimbulkan masalah baik bagi dirinya maupun bagi
lingkungannya. Dan suatu hal yang saling berkaitan, apabila seorang individu
mempunyai prasangka dan akan cenderung membuat sikap untuk membeda-bedakan.
Maka akan terjadi sikap bahwa kebudayaan dirinya lebih baik daripada kebudayaan
orang lain, sehingga timbullah konflik yaitu berusaha untuk memenuhi tujuannya
dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan.
Di dalam kelompok
masyarakat Indonesia, konflik dapat
disebabkan karena faktor harga diri dan kebanggaan kelompok terusik, adanya
perbedaan pendirian atau sikap, perbedaan kebudayaan, benturan kepentingan
(politik, ekonomi, kekuasaan). Adat kebiasaan dan tradisi yang hidup dalam
masyarakat merupakan tali pengikat kesatuan perilaku di dalam masyarakat. Suatu
kelompok yang ada dalam keadaan konflik yang berlangsung lama biasanya
mengalami disintegrasi. Dan untuk menyelesaikan semua itu melalui integrasi
masyarakat. Integrasi dapat berlangsung cepat atau lambat karena dipengaruhi
oleh faktor homogenitas kelompok, besar kecilnya kelompok, mobilitas geografis,
dan efektifitas komunikasi.
1.2.
Rumusan Masalah
Setelah memaparkan latar belakang tersebut, muncul beberapa
rumusan masalah, yaitu:
1.
Bagaimana perbedaan
kepentingan itu?
2.
Apa yang dimaksud dengan
diskriminasi dan etnosentris?
3. Bagaimana bentuk pertentangan dan ketegangan dalam masyarakat
itu?
4.
Apa saja golongan-golongan
yang berbeda dan integrasi sosial?
5.
Bagaimana tentang integrasi
nasional itu?
1.3.
Tujuan Penulisan
Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Dasar
(Softskill), juga bertujuan untuk:
1.
Mengetahui perbedaan
kepentingan.
2.
Mengetahui apa itu
diskriminasi dan etnosentris.
3. Beberapa bentuk pertentangan dan ketegangan dalam masyarakat.
4.
Golongan-golongan yang
berbeda dan integrasi sosial.
5.
Mengetahui tentang
integrasi nasional itu?
1.4. Metodologi Penulisan
Metode yang digunakan menggunakan metode deskriptif.
BAB II:
TEORI
2.1.
Perbedaan Kepentingan
Kepentingan merupakan dasar dari
timbulnya tingkah laku individu. Individu bertingkah laku karena adanya
dorongan untuk memenuhi kepentingannya. Kepentingan ini sifatnya esensial bagi
kelangsungan hidup individu itu sendiri, jika individu berhasil memenuhi
kepentingannya, maka ia akan merasakan kepuasan dan sebaliknya kegagalan dalam
memenuhi kepentingan akan menimbilkan masalah baik bagi dirinya maupun bagi
lingkungannya.
Dengan berpegang prinsip bahwa tingkah laku individu
merupakan cara atau alat dalam memenuhi kebutuhannya, maka kegiatan-kegiatan
yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat pada hakikatnya merupakan
kepuasan pemenuhan dari kepentingan tersebut.
Oleh karena individu mengandung
arti bahwa tidak ada dua orang yang sama persis dalam aspek-aspek pribadinya,
baik jasmani maupun rohani, maka dengan sendirinya timbul perbedaan individu
dalam hal kepentingannya.
Perbedaan kepentingan itu antara lain berupa :
1.
Kepentingan individu untuk
memperoleh kasih sayang
2.
Kepentingan individu untuk
memperoleh harga diri
3.
Kepentingan individu untuk
memperoleh penghargaan yang sama
4.
Kepentingan individu untuk
memperoleh prestasi dan posisi
5.
Kepentingan individu untuk
dibutuhkan orang lain
6.
Kepentingan individu untuk memperoleh
kedudukan di dalam kelompoknya
7.
Kepentingan individu untuk
memperoleh rasa aman dan perlindungan diri
8.
Kepentingan individu untuk
memperoleh kemerdekaan diri.
Kenyataan-kenyataan seperti itu
menunjukkan ketidakmampuan suatu ideologi mewujudkan idealisme yang akhirnya
akan melahirkan kondisi disintegrasi atau konflik. Permasalahan utama dalam
tinjauan konflik ini adalah adanya jarak yang terlalu besar antara harapan
dengan kenyataan pelaksanaan dan hasilnya kenyataan itu disebabkan oleh sudut
pandang yang berbeda antara pemerintah atau penguasa sebagai pemegang kendali
ideologi dengan berbagai kelompok kepentingan sebagai sub-sub ideologi.
Perbedaan kepentingan ini tidak
secara langsung menyebabkan terjadinya konflik tetapi mengenal beberapa fase yaitu:
1.
Fase disorganisasi yang
terjadi karena kesalahpahaman.
2.
Fase dis-integrasi yaitu
pernyataan tidak setuju.
Fase dis-integrasi ini memiliki tahapan (Menurut Walter W.
Martin dkk):
·
Ketidaksepahaman anggota
kelompok tentang tujuan yang dicapai.
·
Norma sosial tidak membantu
dalam mencapai tujuan yang disepakati.
·
Norma yang telah dihayati
bertentangan satu sama lain.
·
Sanksi sudah menjadi lemah.
·
Tindakan anggota masyarakat
sudah bertentangan dengan norma kelompok.
2.2.
Prasangka diskriminasi dan Etnosentris
Adanya sikap primordialisme yang
ada dalam masyarakat melahirkan sikap etnosentrisme. Etnosentrisme adalah sikap
menilai unsur-unsur kebudayaan lain dengan menggunakan kebudayaan
sendiri. etnosentrisme dapat diartikan pula sebagai sikap yang menganggapcara hidup
bangsanya merupakan cara hidup yang paling baik.
Ketika suku bangsa yang satu menganggap suku bangsa yang lain lebih rendah maka sikap demikian akan menimbulkan konflik. Konflik tersebut, misalnya kasus sara, yaitu pertentangan yang didasari oleh suku, agama, ras, dan antargolongan. Dampak negatif yang lebih luas dari sikap etnosentrisme antara lain:
a. Mengurangi keobjektifan ilmu pengetahuan
b. Menghambat pertukaran budaya
c. Menghambat proses asimilasi kelompok yang berbeda
d. Memacu timbulnya konflik sosial.
Ketika suku bangsa yang satu menganggap suku bangsa yang lain lebih rendah maka sikap demikian akan menimbulkan konflik. Konflik tersebut, misalnya kasus sara, yaitu pertentangan yang didasari oleh suku, agama, ras, dan antargolongan. Dampak negatif yang lebih luas dari sikap etnosentrisme antara lain:
a. Mengurangi keobjektifan ilmu pengetahuan
b. Menghambat pertukaran budaya
c. Menghambat proses asimilasi kelompok yang berbeda
d. Memacu timbulnya konflik sosial.
Di sisi yang lain saya
berpendapat bahwa, jika dilihat dari fungsi sosial, etnosentrisme
dapat menghubungkan seseorang dengan kelompok sehingga dapat menimbulkan
solidaritas kelompok yang sangat kuat. Dengan memiliki rasa solidaritas,
setiap individu akan bersedia memberikan pengorbanan secara maksimal.
Sikap etnosentrisme diajarkan kepada kelompok bersama dengan nilai-nilai
kebudayaan. Salah satu bukti adanya sikap etnosentrisme adalah hampir
setiap individu merasa bahwa kebudayaannya yang paling baik dan lebih
tinggi dibanding dengan kebudayaan lainnya, misalnya:
a. Bangsa Amerika bangga akan kekayaan materinya
b. Bangsa Mesir bangga akan peninggalan kepurbakalaan yang bernilai tinggi
c. Bangsa Prancis bangga akan bahasanya
d. Bangsa Italia bangga akan musiknya.
a. Bangsa Amerika bangga akan kekayaan materinya
b. Bangsa Mesir bangga akan peninggalan kepurbakalaan yang bernilai tinggi
c. Bangsa Prancis bangga akan bahasanya
d. Bangsa Italia bangga akan musiknya.
Dampak positif dari etnosentrisme yaitu dapat
mempertinggi semangat patriotisme, menjaga keutuhan dan stabilitas
kebudayaan, serta mempertinggi rasa cinta pada bangsa sendiri.
2.3.
Pertentangan Sosial Ketegangan dalam Masyarakat
Konflik mengandung pengertian
tingkah laku yang lebih luas daripada yang biasa dibayangkan orang dengan
mengartikannya sebagai pertentangan yang kasar. Terdapat tiga elemen dasar yang
merupakan ciri dasar dari suatu konflik, yaitu
- Terdapat
dua atau lebih unit-unit atau bagian yang terlibat dalam konflik
- Unit-unit
tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan, tujuan,
masalah, sikap, maupun gagasan-gagasan
- Terdapat
interaksi diantar bagian-bagian yang mempunyai perbedaan tersebut
Konflik merupakan suatu tingkah
laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan dengan
kebencian atau permusuhan, konflik dapat terjadi pada lingkungan diri
seseorang, kelompok, dan masyarakat. Adapun cara pemecahan
konflik tersebut :
- Elimination, pengunduran
diri dari salah satu pihak yang terlibat konflik.
- Subjugation atau Domination,
pihak yang mempunyai kekuasaan terbesar dapat memaksa pihak lain untuk
mengalah.
- Majority
Rule, artinya suara terbanyak yang ditentukan dengan voting.
- Minority
Consent, artinya kelompok mayoritas yang menang, namun kelompok minoritas
tidak merasa dikalahkan dan menerima keputusan serta kesepakatan untuk
melakukan kegiatan bersama.
- Compromise,
artinya semua sub kelompok yang terlibat dalam konflik berusaha mencari
dan mendapatkan jalan tengah.
- Integration,
artinya pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan,
dan ditelaah kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan yang
memuaskan bagi semua pihak.
2.4.
Golongan-Golongan yang Berbeda dan Integrasi Sosial
Masyarakat Indonesia digolongkan
sebagai masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai suku
bangsa dan golongan sosial yang dipersatukan oleh kesatuan nasional yang
berwujudkan Negara Indonesia. Masyarakat majemuk dipersatukan oleh sistem
nasional yang mengintegrasikannya melalui jaringan-jaringan pemerintahan,
politik, ekonomi, dan sosial. Aspek-aspek dari kemasyarakatan tersebut, yaitu Suku
Bangsa dan Kebudayaan, Agama, Bahasa, Nasional Indonesia.
Masalah besar yang dihadapi Indonesia setelah merdeka
adalah integrasi diantara masyarakat yang majemuk. Integrasi
bukan peleburan, tetapi keserasian persatuan. Masyarakat majemuk tetap berada
pada kemajemukkannya, mereka dapat hidup serasi berdampingan (Bhineka
Tunggal Ika), berbeda-beda tetapi merupakan kesatuan. Adapun hal-hal yang
dapat menjadi penghambat dalam integrasi:
- Tuntutan
penguasaan atas wilayah-wilayah yang dianggap sebagai miliknya
- Isu
asli tidak asli, berkaitan dengan perbedaan kehidupan ekonomi antar warga
negara Indonesia asli dengan keturunan (Tionghoa,arab)
- Agama,
sentimen agama dapat digerakkan untuk mempertajam perbedaan kesukuan
- Prasangka
yang merupakan sikap permusuhan terhadap seseorang anggota golongan
tertentu
Integrasi Sosial adalah
merupakan proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda dalam masyarakat menjadi
satu kesatuan. Unsur yang berbeda tersebut meliputi perbedaan kedudukan
sosial,ras, etnik, agama, bahasa, nilai, dan norma. Syarat terjadinya integrasi
sosial antara lain:
- Anggota
masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi kebutuhan mereka
- Masyarakat
berhasil menciptakan kesepakatan bersama mengenai norma dan nilai sosial
yang dilestarikan dan dijadikan pedoman
- Nilai
dan norma berlaku lama dan tidak berubah serta dijalankan secara konsisten
2.5.
Integrasi Nasional
Integrasi nasional adalah usaha
dan proses mempersatukan perbedaan perbedaan yang ada pada suatu negara
sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara nasional.
Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar baik dari kebudayaan ataupun wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa dampak positif bagi bangsa karena kita bisa memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara bijak atau mengelola budaya budaya yang melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun selain menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru. Kita ketahui dengan wilayah dan budaya yang melimpah itu akan menghasilkan karakter atau manusia manusia yang berbeda pula sehingga dapat mengancam keutuhan bangsa Indonesia.
Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar baik dari kebudayaan ataupun wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa dampak positif bagi bangsa karena kita bisa memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara bijak atau mengelola budaya budaya yang melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun selain menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru. Kita ketahui dengan wilayah dan budaya yang melimpah itu akan menghasilkan karakter atau manusia manusia yang berbeda pula sehingga dapat mengancam keutuhan bangsa Indonesia.
Faktor-faktor pendorong integrasi nasional sebagai berikut:
1.
Faktor sejarah yang
menimbulkan rasa senasib dan seperjuangan.
2.
Keinginan untuk bersatu di
kalangan bangsa Indonesiasebagaimana dinyatakan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober
1928.
3.
Rasa cinta tanah air di
kalangan bangsa Indonesia, sebagaimana dibuktikan perjuangan
merebut, menegakkan, dan mengisi kemerdekaan.
4.
Rasa rela berkorban untuk
kepentingan bangsa dan Negara, sebagaimana
dibuktikan oleh banyak pahlawan bangsa yang gugur di medan perjuangan.
5.
Kesepakatan atau konsensus
nasional dalam perwujudan Proklamasi Kemerdekaan, Pancasila dan UUD 1945,
bendera Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya,
bahasa kesatuan bahasa Indonesia.
Faktor-faktor penghambat integrasi nasional sebagai berikut:
1.
Masyarakat Indonesia yang
heterogen (beraneka ragam) dalam faktor-faktor kesukubangsaan dengan
masing-masing kebudayaan daerahnya, bahasa daerah, agama yang dianut, ras dan
sebagainya.
2.
Wilayah negara yang begitu
luas, terdiri atas ribuan kepulauan yang dikelilingi oleh lautan luas.
3.
Besarnya kemungkinan
ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang merongrong keutuhan, kesatuan
dan persatuan bangsa, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri.
4.
Masih besarnya ketimpangan
dan ketidakmerataan pembangunan dan hasil-hasil pembangunan menimbulkan
berbagai rasa tidak puas dan keputusasaan di masalah SARA (Suku, Agama, Ras,
dan Antar-golongan), gerakan separatisme dan kedaerahan, demonstrasi dan unjuk
rasa.
5.
Adanya paham
“etnosentrisme” di antara beberapa suku bangsa yang menonjolkan
kelebihan-kelebihan budayanya dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain.
Contoh wujud integrasi nasional, antara lain sebagai
berikut:
1.
Pembangunan Taman Mini
Indonesia Indah (TMII) di Jakarta oleh
Pemerintah Republik Indonesia yang diresmikan pada tahun 1976. Di kompleks
Taman Mini Indonesia Indah terdapat anjungan dari semua propinsi di Indonesia
(waktu itu ada 27 provinsi). Setiap anjungan menampilkan rumah adat beserta
aneka macam hasil budaya di provinsi itu, misalnya adat, tarian daerah, alat
musik khas daerah, dan sebagainya.
2.
Sikap toleransi antarumat
beragama, walaupun agama kita berbeda dengan teman, tetangga atau saudara, kita
harus saling menghormati.
3.
Sikap menghargai dan merasa
ikut memiliki kebudayan daerah lain, bahkan mau mempelajari budaya daerah lain,
misalnya masyarakat Jawa atau Sumatra, belajar menari
legong yang merupakan salah satu tarian adat Bali.
Selain anjungan dari semua propinsi di Indonesia, di dalam komplek Taman Mini
Indonesia Indah juga terdapat bangunan tempat ibadah dari agama-agama yang
resmi di Indonesia, yaitu masjid (untuk agama Islam),
gereja (untuk agama Kristen dan Katolik), pura (untuk agama
Hindu) dan wihara (untuk agama Buddha). Perlu diketahui, bahwa waktu itu agama
resmi diIndonesia baru 5 (lima) macam.
Contoh-contoh pendorong integrasi nasional :
·
Adanya rasa keinginan untuk
bersatu agar menjadi negara yang lebih maju dan tangguh di masa yang akan
datang.
·
Rasa cinta tanah air
terhadap bangsa Indonesia
·
Adanya rasa untuk tidak
ingin terpecah belah, karena untuk mencari kemerdekaan itu adalah hal yang
sangat sulit.
·
Adanya sikap kedewasaan di
sebagian pihak, sehingga saat terjadi pertentangan pihak ini lebih baik
mengalah agar tidak terjadi perpecahan bangsa.
·
Adanya rasa senasib dan
sepenanggungan.
·
Adanya rasa dan keinginan
untuk rela berkorban bagi bangsa dan negara demi terciptanya kedamaian.
BAB III:
ANALISIS
3.1. Pengertian
Konflik Sosial
Konflik sosial adalah
pertentangan yang terjadi dalam masyarakat. Menurut Robert M.Z Lawang,
Konflik sosial merupakan alat untuk memperoleh hal-hal yang langka,
seperti status, kekuasaan, dan sebagainya. Perubahan social akibat
modernasi seringkali diikuti oleh timbulnya konflik social. Konflik sosial
menyebabkan kehidupan masyarakat menjadi kacau. Oleh karena itu, konflik social
harus segera diatasi agar tidak meluas dan mengancam disentegrasi social.
3.2. Macam
– Macam Konflik
a.
Konflik antara individu
dengan individu
Konflik antar individu adalah
pertentangan yang terjadi antara dua orang akibat perbedaan kepentingan,
nilai-nilai, atau pandangan hidup. Misalnya: konflik yang terjadi antara
sahabat atau konflik antara tetangga.
Di masyarakat seringkali terjadi, dua orang yang sejak awal
perkenalan sudah tidasaling menyuk. Permulaan yang buruk itu akan menimbulkan
rasa saling membenci dan permusuhan. Makian diucapkan, penghinaan dilontarkan,
dan seterusnya sampai mungkin timbul suatu perkelahian fisik. Apabila
perkalihan dapat direrai, mak seolah-olah kedua-duanya untuk sementara tidak
berhadapan muka.Proses ini dinamakan Akomodasi. Konflik antar individu
yang di akhiri saling memaafkan akan membuat persahabatan menjadi erat.
Sebaiknya, bila masing – masing tidak mau mengalah, mungkin saja akan timbul
perkelahian untuk saling memusuhkan.
b.
Konflik antara Kelompok
Dengan Konflik
Konflik antara kelompok dengan
kelompok adlah pertentangan yang terjadi antara dua kelompok yang saling
bertentangan karena perbedaan nilai-nilai, pandangan, atau kepentingan. Sebagai
contoh, Konflik antara dua kelompok pelajar SMK. Konflik antar kelompok
ini bila tidak segera di atasi dapat menimbulkan perkelahian massal.
c.
Konflik antar Ras
Konflik antar Ras adalah
pertentangan antara dua ras akibat perbedaan nilai-nilai dan kepentingan.
Contohnya, Konflik antara masyarakat Sunda dengan masyarakat keturunan Tionghoa
( Cina ).
Sumber Konflik ternyata tidak hanya terletak pada perbedaan
ciri-ciri badaniah, tetapi juga pebedaan nilai-nilai, paham politik, pandangan
hidup, ideology, atau kepentingan. Apabila salah satu ras merupakan golongan
masyarakat mayoritas yang memegang kekuasaan, maka akan terjadi kolonialisasi
atau penjajahan.
d.
Konflik antar Kelas
social
Konflik antarkelas social adalah
pertentangan yang terjadi antara dua kelas social yang berbeda. Sebagai contoh,
konflik antar buruh dan majikan, konflik antar orang kaya dengan orang miskin.
Konflik antar kelas social ini seringkali dalam bentuk gerakan masa, yaitu
gerakan perusakan barang-barang milik umum. O;eh karena itu, konflik antarkelas
social ini harus segera diatasi agar tidak meluas menjadi kerusuhan social yang
mengancam disintegrasi social.
e.
Konflik Antar Elite Politik
Konflik antarelite adalah
pertentangan yang terjadi antar dua elite politik akibat perbedaan kepentingan
atau pandangan politik. Misalnya, pertentangan antara pihak yan berkuasa dengan
pihak oposisi, konflik antara tokoh Demokrat dengan tokoh PDIP dan sebagainya.
Konflik antarelite politik seringkali menimbulkan ketegangan dan kekacauan pada
masyarakat lapisan bawah. Konflik ini bila tidak segera diatasi dapat
mengganggu jalannya roda pemerintahan dan proses pembangunan.
3.3. Faktor
Penyebab Konflik Sosial
1. Perbedaan
kepentingan dan pandangan hidup
2. Perbedaan
nilai dan norama social
3. Perbedaan
nilai-nilai kebudayaan
4. Perbedaan
status dan peran social
5. Pengaruh
perubahan unsur-unsur kebudayaan
3.4. Bentuk
Pengendalian Konflik Sosial
Manusia dalam kehidupannya di masyarakat
selalu berinteraksi social dengan manusia lainnya. Dalam berinteraksi sosial
tersebut adakalanya timbul masalah, seperti terjadi salah paham lalu bertengkar
atau berkelahi. Apabila konflik social tersebut dapat diselesaikan dengan
baik. Maka akan kembali pada kondisi semula, sehingga terwujud keseimbangan
social ( social equilibrium ). Untuk dapat menciptakan keseimbangan sosial,
diperlukan upaya-upaya pengendalian konflik social.
·
Pengertian pengendalian
sosial
Pengendalian sosial adalah proses
mengatasi pertentangan sosial yang terjadi dalam masyarakat. Pengendalian
sosial dan peyimpangan sosial merupakan dua fenomena sosial yang mewarnai
kehidupan masyarakat. Proses mengembalikan si penyimpang pada perilaku yang
normal, dinamakan Normalisasi sosial. Pengendalian sosial
bermacam – macam bentuknya, yaitu intimidasi ( ancaman ), kekerasan fisik (
hukuman kurungan ) cemoohan, gosip, ostrisisme ( diacuhkan ) dan sebagainya.
·
Sifat pengendalian
sosial
Ada dua sifat pengendalain sosial, yaitu:
1)
Preventif
Adalah pengendalain sosial yang
dilakukan sebelum terjadi pelanggaran. Dalam hal ini, pengendalian sosial
bersifat pencegahan agar tidak menghindrjadi suatu pelanggaran atau
penyimpangan.
Contonya : Guru menasihati siswa-siswanya agar menghindari
tawuran dan narkoba.
2)
Refresif
Adalah pengendalian yang
dilakukan setelah terjadi penyimpangan. Cara ini bertujuan memulihkan keadaan
seperti sebelum terjadi penyimpangan.
Contonya : Hakim menjatuhkan hukuman 10 tahun kepada
terpidana tindak korupsi.
·
Teknik pengendalian
sosial
Ada dua teknik pengendalian sosial, yaitu:
1.
Persuasif
Adalah teknik pengendalian sosial
dengan cara mengajak atau membimbing warga masyarakat agar bertindak sesui
dengan peraturan atau norma-norma yang berlaku.
Contonya: Seorang ayah menasihati anaknya yang ketahuan
merokok. Dengan penuh kesabaran, orang tua menanamkan pengertian, bahwa merokok
merusak kesehatan.
2.
Koersif
Adalah teknik pengendalian sosial
yang lebih menekankan pada tindakan yang menggunakan kekerasan fisik. Tujuannya
agar si pelaku menjadi jera dan tidak berani mengulangi perbuatannya.
Contonya: Penerapan peraturan
hukum di Negara islam yang memberlakukan kuman cambuk, rajam, bahkan hukuman
mati bagi pelaku kejahatan. Tujuannya agar perilaku kejahatan atau orang yang
akan berniat jahat menjadi jera dan takut melakuakn tindakan kejahatan.
·
Peran Lembaga Pengendalian
Sosial
a. Lembaga kepolisian
b. Lembaga peradialan
c. Lembaga adat
d. Lembaga masyarakat
e.
Lembaga pendidikan
f.
Lembaga keagamaan
·
Dampak Konflik Sosial
a. Bertambah kuatnya rasa solidaritas
antara sesama anggota
b. Hancurnya atau retaknya kesatuan
kelompok
c. Adanya perubahan kepribadian
seorang di individu
d. Hancurnya harta benda dan jatuhnya
korban manusia
BAB IV:
REFERENSI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar