BAB I:
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Laju pertumbuhan penduduk
merupakan permasalahan krusial yang dihadapi oleh negara-negara berkembang di
dunia, khususnya negara-negara berpenduduk besar dan padat sperti Indonesia.
Hal ini disebabkan oleh keterbatasan data dasar yang diperoleh mengenai jumlah
kelahiran, sehingga diperlukan berbagai upaya yang berkesinambungan untuk
menurunkan laju pertumbuhan penduduk. Indonesia sebagai suatu negara yang
sedang berkembang dengan penduduk terbesar nomor empat di dunia, juga
menghadapi persoalan yang serupa.
Laju pertumbuhan penduduk di
Indonesia senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini tercermin dari hasil sensus
penduduk 2010, Indonesia menunjukkan gejala ledakan penduduk. Jumlah penduduk
Indonesia tahun 2010 tercatat 237,6 juta jiwa dengan laju pertumbuhan 1,49
persen pertahun, sementara pada tahun 2008 masih tercatat 288,53 juta jiwa.
Laju pertumbuhan penduduk ini jika tetap pada angka itu, pada 2045 jumlah
penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 450 juta jiwa. Peningkatan penduduk
yang tinggi ini akan mengakibatkan permasalahan jika tidak dikendalikan (BKKBN,
2010).
Definisi dari laju pertumbuhan
penduduk itu sendiri adalah Angka yang menunjukan tingkat pertambahan penduduk
pertahun dalam jangka waktu tertentu. Angka ini dinyatakan sebagai persentase
dari penduduk dasar. Laju pertumbuhan penduduk dapat dihitung menggunakan tiga
metode, yaitu aritmatik, geometrik, dan eksponesial. Metode yang paling sering
digunakan di BPS adalah metode geometrik.
1.2.
Rumusan Masalah
·
Apa yang melandasi perkembangan penduduk Indonesia?
·
Bagaimana pertambahan penduduk dan lingkungan
pemukiman?
·
Bagaimana pertumbuhan penduduk dan tingkat
pendidikan?
·
Bagaimana pertumbuhan penduduk dan penyakit yang
berkaitan dengan lingkungan hidup?
·
Bagaimana dampak kelaparan dalam pertumbuhan
penduduk?
·
Apa yang dimaksud dengan kemiskinan dan
keterbelakangan?
1.3.
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini,
selain untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Lingkungan (SoftSkill) juga
untuk menambah wawasan tentang pertumbuhan penduduk.
BAB II:
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1.
Landasan Perkembangan Penduduk Indonesia
Penduduk adalah orang atau orang-orang yang mendiami
suatu tempat (kampung, negara, dan pulau) yang tercatat sesuai dengan
persyaratan dan ketentuan yang berlaku di tempat tersebut. Berdasarkan tempat lahir
dan lama tinggal penduduk suatu daerah dapat dibedakan menjadi empat golongan,
yaitu penduduk asli, penduduk pendatang, penduduk sementara, dan tamu. Penduduk
asli adalah orang yang menetap sejak lahir. Penduduk pendatang adalah orang
yang menetap, tetapi lahir dan berasal dari tempat lain. Penduduk sementara
adalah orang yang menetap sementara waktu dan kemungkinan akan pindah ke tempat
lain karena alasan pekerjaan, sekolah, atau alasan lain. Adapun tamu adalah
orang yang berkunjung ke tempat tinggal yang baru dalam rentang waktu beberapa
hari dan akan kembali ke tempat asalnya.
Yang mendasari perkembangan penduduk di Indonesia
adalah banyaknya masyarakat yang menikahkan anaknya yang masih muda. Dan
gagalnya program keluarga berencana yang di usung oleh pemerintah untuk menekan
jumlah penduduk. Karena factor – factor tersebut tidak berjalan dengan
semestinya, maka penduduk Indonesia tidak terkendali dalam perkembangannya.
Seharusnya dengan dua orang anak cukup, maka ini lebih dari dua orang dalam setiap
suami istri. Karena perkembangan penduduk yang sangat tidak terkendali, maka
banyak terjadinya kemiskinan, pengangguran, kriminalitas, gelandangan, anak
jalanan, dan sebagainya. Dan masalah permukiman yang tidak efisien lagi.
Banyaknya rumah yang lingkungannya kumuh dapat menyebabkan berbagai macam
penyakit. Oleh sebab itu, 50% penduduk Indonesia hidup dalam kemiskinan dan
keterbelakangan pendidikan.
2.2. Pertumbuhan Penduduk dan
Lingkungan Pemukiman
Seiring
dengan perkembangan zaman, penduduk di seluruh dunia mengalami perkembangan
yang sangat pesat. Termasuk penduduk di Indonesia. Sebagai manusia, memiliki
keturunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari eksistensi kita. Namun,
tanpa kita sadari memiliki keturunan dalam jumlah tidak terkendali, dapat
menjadi ancaman terbesar bagi kelangsungan eksistensi bagi manusia itu sendiri
dalam mencapai kehidupan yang lebih makmur dan sejahtera.
Melihat perannya, penduduk suatu
negara dapat berperan sebagai objek dan subjek pembangunan. Sebagai objek,
artinya penduduk merupakan faktor yang harus dibangun atau ditingkatkan
kualitas hidupnya. Sedangkan sebagai subjek penduduk merupakan faktor pelaku
proses pembangunan. Di lihat dari sisi yang lain, penduduk merupakan beban
sekaligus potensi bagi suatu negara. Apabila suatu negara pertumbuhan
penduduknya sangat tinggi, ini merupakan masalah. Hal ini dikarenakan kapasitas
wilayah suatu Negara terbatas.
Indonesia merupakan negara
berkembang yang memiliki jumlah penduduk cukup padat. Tidak bisa di pungkiri
bahwa laju pertumbuhan penduduk Indonesia begitu pesat dan tidak bisa di
hindari, meskipun pemerintah telah melakukan upaya dan berbagai solusi serta
berbagai semboyan telah di tawarkan kepada masyarakat namun tetap saja laju
pertumbuhan penduduk tidak bisa terbantahkan. Meskipun solusi yang di tawarkan
tidak sesuai dengan harapan pemerintah, tapi setidaknya bisa mereduksi sebagian
masalah yang ada. Penduduk merupakan unsur penting dalam usaha untuk
meningkatkan produksi dan mengembangkan kegiatan ekonomi.
Ada beberapa hal yang menyebabkan laju pertumbuhan penduduk
di Indonesia sulit untuk dihindari, di antaranya:
1.
Peningkatan angka kelahiran,
2.
Umur panjang,
3.
Penurunan angka kematian,
4.
Kurangnya pendidikan, pengaruh budaya,
5.
Imigrasi dan emigrasi.
Dari segi ekonomi, pertumbuhan
penduduk yang tinggi tetapi tidak diimbangi dengan lapangan pekerjaan yang luas
maka hal ini akan menimbulkan pengangguran di mana-mana dan kemiskinan pun
tercipta. Ini tentu saja akan mempengaruhi proses kehidupan di bidang lainnya.
Kebutuhan ekonomi yang tidak memadai juga dapat berpengaruh pada tingkat
pendidikan dan kesehatan seseorang. Bagaimana mau memperoleh pendidikan dan
kesehatan yang layak, jika untuk kebutuhan hidup sehari-haripun mereka susah
mendapatkannya. Tak hanya berhenti di situ saja, tingkat kriminalitas pun akan
meningkat. Orang dalam kondisi lapar akan berbuat apa saja yang penting
kebutuhannya bisa terpenuhi. Ujung dari pertumbuhan penduduk yang tinggi itu
adalah menimbulkan kerusakan lingkungan dengan segala dampak yang menyertainya
seperti menurunnya kualitas pemukiman dan lahan yang ditelantarkan. Intinya,
pertumbuhan penduduk yang tinggi berpotensi menimbulkan kemiskinan dan
menurunnya kesejahteraan rakyat, sampai menurunnya kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) yang dapat menghambat perkembangan
negara Indonesia.
2.3. Pertumbuhan Penduduk dan Tingkat
Pendidikan
Pertumbuhan penduduk adalah
perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu
dibandingkan waktu sebelumnya. Misalnya pertumbuhan penduduk Indonesia dari
tahun 1995 ke tahun 2000 adalah perubahan jumlah penduduk Indonesia dari tahun
1995 sampai 2000. Selain merupakan sasaran pembangunan, penduduk juga merupakan
pelaku pembangunan. Maka kualitas penduduk yang tinggi akan lebih menunjang
laju pembangunan ekonomi. Usaha yang dapat dilakukan adalah meningkatkan
kualitas penduduk melalui fasilitas pendidikan, perluasan lapangan pekerjaan
dan penundaan usia kawin pertama. Menurut Kuncoro (1997:169) menjelaskan bahwa
ada tiga alasan mengapa pertumbuhan penduduk yang tinggi akan menghambat
pembangunan :
1.
Meningkatkan konsumsi saat ini dan investasi
yang dibutuhkan untuk membuat konsumsi dimasa yang akan datang. Rendahnya
sumber daya perkapita akan menyebabkan penduduk tumbuh lebih cepat yang pada
gilirannya membuat investasi dalam kualitas manusia semakin sulit. Fakta
menunjukkan aspek kunci dalam pembangunan adalah penduduk yang semakin terampil
dan berpendidikan.
2.
Di banyak negara dimana penduduknya masih amat
bergantung dengan sektor pertanian, pertumbuhan penduduk mengancam keseimbangan
sumberdaya alam karena pertumbuhan penduduk memperlambat perpindahan penduduk
dari struktur pertanian modern dan pekerja modern lainnya.
3.
Pertumbuhan penduduk yang cepat membuat semakin
sulit melakukan perubahan yang dibutuhkan untuk meningkatkan perubahan ekonomi
dan sosial. Secara nasional, laju pertumbuhan penduduk relatif masih cepat
walaupun ada kecenderungan menurun.
Pertumbuhan penduduk sangat
berguna untuk memprediksi jumlah penduduk di suatu wilayah atau negara dimasa
yang akan datang. Dengan diketahuinya jumlah penduduk yang akan datang,
diketahui pula kebutuhan dasar penduduk ini, tidak hanya di bidang sosial dan
ekonomi tetapi juga di bidang politik misalnya mengenai jumlah pemilih untuk
pemilu yang akan datang. Tetapi prediksi jumlah penduduk dengan cara seperti
ini belum dapat menunjukkan karakteristik penduduk dimasa yang akan datang.
Untuk itu diperlukan proyeksi penduduk menurut umur dan jenis kelamin yang
membutuhkan data yang lebih rinci yakni mengenai tren fertilitas, mortalitas
dan migrasi.
2.4. Pertumbuhan Penduduk dan
Penyakit yang Berkaitan dengan Lingkungan Hidup.
Pertumbuhan
penduduk adalah perubahan jumlah penduduk baik pertambahan maupun penurunannya.
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk adalah kelahiran,
kematian, dan perpindahan penduduk. Kelahiran dan kematian dinamakan faktor
alami sedangkan perpindahan penduduk adalah faktor non alami. Migrasi ada dua
yaitu migrasi masuk yang artinya menambah jumlah penduduk sedangkan migrasi
keluar adalah mengurangi jumlah penduduk. Migrasi itu biasa terjadi karena pada
tempat orang itu tinggal kurang ada fasilitas yang memadai. Selain itu juga
kebanyakan kurangnya lapangan kerja. Maka dari itu banyaklah orang yang
melakukan migrasi.
Dalam dalam masalah ini maka
penduduk tidak aka jauh dengan masalah kesehatan atau penyakit yang melanda
penduduk tersebut,dikarenakan lingkungan yang kurang terawat ataupun pemukiman
yang kumuh,seperti limbah pabrik,selokan yang tidak terawat yang menyebabkan
segala penyakit akan melanda para penghuni wilayah tersebut yang mengakibatkan
kematian dan terjadi pengurangan jumlah penduduk. Untuk menjamin kesehatan bagi
semua orang di lingkunan yang sehat, perlu jauh lebih banyak daripada hanya
penggunaan teknologi medikal, atau usaha sendiri dalam semua sektor kesehatan.
Usaha-usaha secara terintegrasi
dari semua sektor, termasuk organisasi-organisasi, individu-individu, dan
masyarakat, diperlukan untuk pengembangan pembangunan sosio-ekonomi yang
berkelanjutan dan manusiawi, menjamin dasar lingkungan hidup dalam menyelesaikan
masalah-masalah kesehatan. Seperti semua makhluk hidup, manusia juga bergantung
pada lingkungannya untuk memenuhi keperluan-keperluan kesehatan dan kelangsungan
hidup. Kesehatanlah yang rugi apabila lingkungan tidak lagi memenuhi
kebutuhan-kebutuhan manusia akan makanan, air, sanitasi, dan tempat
perlindungan yang cukup dan aman- karena kurangnya sumber-sumber atau
distribusi yang tidak merata. Kesehatanlah yang rugi apabila orang-orang
menghadapi unsur-unsur lingkungan yang tidak ramah- seperti binatang-binatang
mikro, bahan-bahan beracun, musuh bersenjata atau supir-supir yang mabuk. Kesehatan
manusia adalah keperluan dasar untuk pembangunan berkelanjutan. Tanpa
kesehatan, manusia tidak dapat membangun apa pun, tidak dapat menentang
kemiskinan, atau melestarikan lingkungan hidupnya. Sebaliknya, pelestarian
lingkungan hidup merupakan hal pokok untuk kesejahteraan manusia dan proses
pembangunan. Lingkungan yang sehat menghasilkan masyarakat yang sehat,
sebaliknya lingkungan yang tidak sehat menyebabkan banyak penyakit
Kemampuan manusia untuk mengubah
atau memoditifikasi kualitas lingkungannya tergantung sekali pada taraf sosial
budayanya. Masyarakat yang masih primitif hanya mampu membuka hutan secukupnya
untuk memberi perlindungan pada masyarakat. Sebaliknya, masyarakat yang sudah
maju sosial budayanya dapat mengubah lingkungan hidup sampai taraf yang
irreversible. Prilaku masyarakat ini menentukan gaya hidup tersendiri yang akan
menciptakan lingkungan yang sesuai dengan yang diinginkannya mengakibatkan
timbulnya penyakit juga sesuai dengan prilakunya tadi. Dengan demikian eratlah
hubungan antara kesehatan dengan sumber daya social ekonomi. WHO menyatakan
“Kesehatan adalah suatu keadaan sehat yang utuh secara fisik, mental dan sosial
serta bukan hanya merupakan bebas dari penyakit”.Dalam Undang Undang No. 9
Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan. Dalam Bab 1,Pasal 2 dinyatakan bahwa
“Kesehatan adalah meliputi kesehatan badan (somatik),rohani (jiwa) dan sosial
dan bukan hanya deadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan”.
Definisi ini memberi arti yang sangat luas pada kata kesehatan. Keadaan
kesehatan lingkungan di Indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapaat
perhatian, karena menyebabkan status kesehatan masyarakat berubah seperti:
Peledakan penduduk, penyediaan air bersih, pengolalaan sampah,pembuangan air
limbah penggunaan pestisida, masalah gizi, masalah pemukiman, pelayanan
kesehatan, ketersediaan obat, populasi udara, abrasi pantai,penggundulan hutan
dan banyak lagi permasalahan yang dapat menimbulkan satu model penyakit.
Jumlah penduduk yang sangat besar
19.000 juta harus benar-benar ditangani masalah.pemukiman sangat penting
diperhatikan. Pada saat ini pembangunan di sektor perumahan sangat berkembang,
karena kebutuhan yang utama bagi masyarakat. Perumahan juga harus memenuhi
syarat bagi kesehatan baik ditinjau dari segi bangungan, drainase, pengadaan
air bersih, pentagonal sampah domestik uang dapat menimbulkan penyakit infeksi
dan ventilasi untuk pembangunan asap dapur. Indonesia saat ini mengalami
transisi dapat terlihat dari perombakan struktur ekonomi menuju ekonomi
industri, pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi yang meningkatkan jumlahnya,
maka berubahlah beberapa indikator kesehatan seperti penurunan angka kematian
ibu, meningkatnya angka harapan hidup ( 63 tahun ) dan status gizi.
2.5. Pertumbuhan Penduduk dan
Kelaparan
Kekurangan gizi dan angka kematian anak meningkat di
sejumlah kawasan yang paling buruk di Asia dan Pasifik. kendati ada usaha
internasional untuk menurunkan keadaan itu. kata sebuah laporan badan kesehatan
PBB.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) menegaskan bahwa sasaran kesehatan yang ditetapkan berdasarkan tujuan Pembangunan Milenium PBB tahun 2000 tidak akan tercapai pada tahun 2015 berdasarkan kecenderungan sekarang. Sejauh ini bukti menunjukan bahwa kendati ada beberapa kemajuan di banyak negara khususnya yang paling miskin tetap ketinggalan dalam kesehatan. "kata dirjen WHO Lee Jong Wook dalam laporan itu"
Antara tahun 1990 dan 2002, data yang paling akhir jumlah orang yang kekurangan makanan meningkat 34 juta di indonesia dan 15 juta di surabaya dan 47 juta orang di asia timur. kata laporan tersebut. Proporsi anak berusia lima tahun ke bawah yang berat badannya terlalu ringan di surabaya, tenggara dan timur meningkat 6 sampai 9 persen antara tahun 1990 dan 2003, sementara hampir tidak berubah (32 persen). Lebih dari separuh aak-anak di asia selatan kekurangan gizi, sementara rata-rata di negara-negara berkembang tahun 2003 tetap sepertiganya.
"Meningkatnya pertambahan penduduk dan produktivitas pertanian yang rendah merupakan alasan utama kekurangan pangan di kawasan-kawasan ini." kata laporan itu.
"Kelaparan cenderung terpusat di daerah-daerah pedesaan dikalangan penduduk yang tidak memiliki tanah atau para petani yang memiliki kapling yang sempit untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka." tambah dia
Tidak ada satupun negara-negara miskin dapat memenuhi tantangan mengurangi tingkat kematian anak.
Kematian bayi meningkat tajam di Surabaya antara tahun 1999 dan 2003, yang menurut data terakhir yang diperoleh, dari 90 sampai 126 anak per 1.000 kelahiran hidup. Juga terjadi peningkatan tajam dari 38 menjadi 87 per 1.000 kelahiran hidup.
"Untuk sebagian besar negara kemajuan dalam mengurangi kematian anak juga akan berjalan lambat karena usaha-usaha mengurangi kekurangan gizi dan mengatasi diare, radang paru-paru, penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin dan malaria tidak memadai."
Berdasarkan kecenderungan sekarang, WHO memperkirakan pengurangan dalam angka kematian dikalangan anak berusia dibawah lima tahun antara tahun 1990 dan 2015 akan menjadi seperempat, kurang dari dua pertiga dari yang diusahakan.
Usaha untuk megatasi kematian ibu juga sulit. kata laporan WHO itu.
Tingkat kematian ibu diperkirakan akan menurun hanya di negara-negara yang telah memiliki tingkat kematian paling rendah sementara sejumlah negara yang mengalami angka terburuk bahkan sebaliknya.
WHO memperkirakan 504.000 dan 528.000 kematian dalam setahun karena komplikasi dalam kehamilan dan kelahiran terjadi di surabaya.
Tingginya laju pertumbuhan penduduk dan angka kelahiran di indonesia tersebut, diperparah dengan pola penyebaran penduduk yang tidak merata. "Jika semua itu, tidak segera dikendalikan, maka hal itu akan jadi beban buat kita semua." Karena itu, baik pria maupun wanita harus memaksimalkan program KB. Untuk mengurangi jumlah penduduk lapar tersebut, maka menurut Diouf diperlukan peningkatan produksi dua kali lipat dari sekarang pada tahun 2050. Peningkatan produksi ini khususnya perlu terjadi di negara berkembang, di mana terdapat mayoritas penduduk miskin dan lapar. Jumlah penduduk dunia yang mengalami kelaparan meningkat sekitar 50 juta jiwa selama tahun 2007 akibat dari kenaikan harga pangan dan krisis energi.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) menegaskan bahwa sasaran kesehatan yang ditetapkan berdasarkan tujuan Pembangunan Milenium PBB tahun 2000 tidak akan tercapai pada tahun 2015 berdasarkan kecenderungan sekarang. Sejauh ini bukti menunjukan bahwa kendati ada beberapa kemajuan di banyak negara khususnya yang paling miskin tetap ketinggalan dalam kesehatan. "kata dirjen WHO Lee Jong Wook dalam laporan itu"
Antara tahun 1990 dan 2002, data yang paling akhir jumlah orang yang kekurangan makanan meningkat 34 juta di indonesia dan 15 juta di surabaya dan 47 juta orang di asia timur. kata laporan tersebut. Proporsi anak berusia lima tahun ke bawah yang berat badannya terlalu ringan di surabaya, tenggara dan timur meningkat 6 sampai 9 persen antara tahun 1990 dan 2003, sementara hampir tidak berubah (32 persen). Lebih dari separuh aak-anak di asia selatan kekurangan gizi, sementara rata-rata di negara-negara berkembang tahun 2003 tetap sepertiganya.
"Meningkatnya pertambahan penduduk dan produktivitas pertanian yang rendah merupakan alasan utama kekurangan pangan di kawasan-kawasan ini." kata laporan itu.
"Kelaparan cenderung terpusat di daerah-daerah pedesaan dikalangan penduduk yang tidak memiliki tanah atau para petani yang memiliki kapling yang sempit untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka." tambah dia
Tidak ada satupun negara-negara miskin dapat memenuhi tantangan mengurangi tingkat kematian anak.
Kematian bayi meningkat tajam di Surabaya antara tahun 1999 dan 2003, yang menurut data terakhir yang diperoleh, dari 90 sampai 126 anak per 1.000 kelahiran hidup. Juga terjadi peningkatan tajam dari 38 menjadi 87 per 1.000 kelahiran hidup.
"Untuk sebagian besar negara kemajuan dalam mengurangi kematian anak juga akan berjalan lambat karena usaha-usaha mengurangi kekurangan gizi dan mengatasi diare, radang paru-paru, penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin dan malaria tidak memadai."
Berdasarkan kecenderungan sekarang, WHO memperkirakan pengurangan dalam angka kematian dikalangan anak berusia dibawah lima tahun antara tahun 1990 dan 2015 akan menjadi seperempat, kurang dari dua pertiga dari yang diusahakan.
Usaha untuk megatasi kematian ibu juga sulit. kata laporan WHO itu.
Tingkat kematian ibu diperkirakan akan menurun hanya di negara-negara yang telah memiliki tingkat kematian paling rendah sementara sejumlah negara yang mengalami angka terburuk bahkan sebaliknya.
WHO memperkirakan 504.000 dan 528.000 kematian dalam setahun karena komplikasi dalam kehamilan dan kelahiran terjadi di surabaya.
Tingginya laju pertumbuhan penduduk dan angka kelahiran di indonesia tersebut, diperparah dengan pola penyebaran penduduk yang tidak merata. "Jika semua itu, tidak segera dikendalikan, maka hal itu akan jadi beban buat kita semua." Karena itu, baik pria maupun wanita harus memaksimalkan program KB. Untuk mengurangi jumlah penduduk lapar tersebut, maka menurut Diouf diperlukan peningkatan produksi dua kali lipat dari sekarang pada tahun 2050. Peningkatan produksi ini khususnya perlu terjadi di negara berkembang, di mana terdapat mayoritas penduduk miskin dan lapar. Jumlah penduduk dunia yang mengalami kelaparan meningkat sekitar 50 juta jiwa selama tahun 2007 akibat dari kenaikan harga pangan dan krisis energi.
2.6. Kemiskinan dan Keterbelakangan
Salah satu wabah penyakit yang
melanda negara-negara yang sedang berkembang ialah kemiskinan dan
keterbelakangan. Kemiskinan dan keterbelakangan adalah suatu penyakit, karena
dalam kenyataannya dua hal itu melemahkan fisik dan mental manusia yang
tentunya juga berdampak negative terhadap lingkungan. Kemiskinan dan
keterbelakangan begitu erat kaitannya satu sama lain sehingga dapat dianggap
sebagai satu pengertian, maka digunakan satu istilah saja, yaitu kemiskinan di
mana sudah terkait pengertian keterbelakangan.
Dampak
kemiskinan terhadap orang-orang miskin sendiri dan terhadap lingkungannya, baik
lingkungan social maupun lingkungan alam, dengan sendirinya sudah jelas
negative. Orang miskin tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi minimal bagi dirinya
sendiri maupun bagi keluarganya. Dampak kemiskinan terhadap lingkungan social
tampakmengalirnya penduduk ke kota-kota tanpa bekal pengetahuan apalagi bekal
materi. Akibatnya antara lain ialah banyaknya tukang becak, pemungut punting,
gelandangan, pengemis, dan sebagainnya yang menghuni kampung-kampung liar dan
jorok di gubuk-gubuk reot yang tidak pantas didiami manusia. Sebab-sebab
kemiskinan yang pokok bersumber dari empat hal, yaitu mentalitas si miskin itu
sendiri, minimnya ketrampilan yang dimilikinya, ketidakmampuannya untuk
memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang disediakan, dan peningkatan jumlah
penduduk yang relatif berlebihan.
Kemiskinan dan keterbelakangan merupakan masalah
global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif,
sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang
lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan,dll. Kemiskinan
dipahami dalam berbagai cara.
Pemahaman utamanya mencakup:
a. Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup
kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan.
Kemiskinan dalam arti ini dipsdfgeggahami sebagai situasi kelangkaan
barang-barang dan pelayanan dasar.
b. Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan
sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam
masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial
biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah
politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
c. Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan
yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi
bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
Kartasasmita mengatakan bahwa
kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang ditandai dengan
pengangguran dan keterbelakangan, yang kemudian meningkat menjadi ketimpangan.
Masyarakat miskin pada umumnya lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatas aksesnya
kepada kegiatan ekonomi sehingga tertinggal jauh dari masyarakat lainnya yang
mempunyai potensi lebih tinggi. Hal tersebut senada dengan yang dikatakan
Friedmann yang mengatakan bahwa kemiskinan sebagai akibat dari ketidak-samaan
kesempatan untuk mengakumulasi basis kekuatan sosial. Namun menurut Brendley,
kemiskinan adalah ketidaksanggupan untuk mendapatkan barang-barang dan
pelayanan-pelayanan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan sosial yang terbatas.
Hal ini diperkuat oleh Salim yang mengatakan bahwa kemiskinan biasanya
dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memperoleh kebutuhan hidup yang
pokok. Sedangkan Lavitan mendefinisikan kemiskinan sebagai kekurangan
barang-barang dan pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu standar hidup
yang layak.
BAB III:
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Negara
Indonesia merupakan negara yang besar dan beraneka ragam etnis serta
budaya.Kemajuan negara sesungguhnya tergantung kepada tingkat pendidikan di
Negara tersebut, kualitas serta mutu pendidikan yang tingi dapat menjadi
jaminan untuk kemajuan dan kesejahteraan negara. Di tengah pertambahan jumlah
penduduk yang semakin tidak terkontrol membuat peningkatan kualitas di dunia
pendidikan merupakan pilihan yang harus dikedepankan. Perombakan sistem
ketransmigrasian juga akan mendukung pemerataan penduduk. Jadi, peningkatan
kualitas Pendidikan dan keefektifan pola transmigrasi dapat memperbaiki
kuterpurukan dalam mengurus kepadatan penduduk yang semakin hari kian
membludak.Oleh karena pertumbuhan penduduk dipengaruhi Tingkat pendidikan, Penyakit yang Berkaitan
dengan Lingkungan Hidup, Kelaparan, Kemiskinan dan Keterbelakangan. Maka kita
harus bisa memperbaiki semua masalah itu,dan mulai mencari jalan keluar yang
terbaik agar semua permasalahan dinegara kita bia terselesaikan.Dan
masyarakatnya pun bisa hidup dengan sejahtera, karena tidak dipungkiri bahwa
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan Sumber Daya Alam. Jadi tidak masuk
akal kalau masyarakatnya kebanyakan hidup dibawah garis kemiskinan.
3.2.
Saran
Saran yang
dapat penulis berikan khususnya kepada pemerintah Indonesia sebagai para
penentu kebijakan ialah agar dengan serius melihat perkembangan penduduk di
Indonesia yang tergolong besar sebagai salah satu masalah penting yang sangat
mempengaruhi stabilitas negara, contohnya pada ketersediaan pangan.
Ketersediaan pangan yang cukup tentu akan membantu menghasilkan sumber daya
manusia yang berkualitas.
BAB IV:
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar